Monday, December 20, 2004



Sex, Love and Rock ‘n’ Roll 

Setelah 8 tahun absen mengeluarkan album studio, akhirnya
Social Distortion mengeluarkan album baru! Sex, Love and Rock ‘n’ Roll. Ternyata band punk lawas dari jaman akhir 70an ini masih eksis sampai 2004.

Saya sampai terlonjak senang mendengar berita ini. Maklum, Social Distortion termasuk salah satu band yang menemani masa-masa pemberontakan diri saya. Bukan cuma saya, mungkin ribuan atau jutaan penggemar musik punk lainnya. Termasuk pula memberi pengaruh besar ke band-band “90’s Punk Revival”, seperti Green Day ataupun Rancid.

Jika sedikit bercerita tentang sejarah musik. Social Distortion memang sudah menoreh garis panjang berlika-liku dalam perjalanannya. Berkiprah bukan hanya di Orange County dan Fullerton, tempat asalnya, tetapi juga ikut membentuk scene musik punk dunia.

Perjalanan panjang Mike Ness, sang vokalis/guitaris, dan Social Distortion, yang diisi oleh cerita kelam kecanduan obat bius, minuman keras, bilik-bilik penjara, hingga kematian Dennis Danell, gitaris yang telah menghabiskan 20 tahun merasakan pahitnya perjalanan Social Distortion.

Sex, Love and Rock ‘n’ Roll

Ada satu hal lagi yang membuat saya tercengang. Titel album yang terdengar sedikit aneh. 10 atau 20 tahun yang lalu, slogan “Sex, Drugs and Rock ‘n’ Roll” mungkin terdengar lebih akrab bagi band yang telah mengabdikan diri di musik punk 25 tahun ini.

Impulsiveness yang disertai adrenalin mengalir deras, kesendirian, kemarahan, perjuangan keras menuju kedewasaan, menjadi topik yang lebih hangat waktu itu. Topik yang lebih akrab di kuping saya 10 tahun yang lalu. Ngga heran kalau Social Distortion terasa lebih akrab menemani perjalanan hidup yang keras dan suram.

Berbanding terbalik dengan itu, “Sex, Love and Rock ‘n’ Roll” akan terasa lebih optimistis, memandang dunia dengan penuh kehangatan, cinta dan harapan. Mata memandang dengan lebih jelas akan hidup, merangkai sesuatu yang lebih berarti dari hidup.

Masih rough, masih tough, masih punk, masih fun, tetapi juga disertai tanggung jawab. Saya pribadi tak pernah membayangkan diri saya beralih dari pola defiance menjadi total conformist seperti orang awam lainnya. Tak ingin dan mungkin memang tak perlu perubahan seperti itu. Tak ada yang meminta kita untuk menjadi conformist dan menjadi manusia konvensional yang umum.

Tergantung kita sendiri yang menginterpretasikan hidup, mempersepsikan hidup, memahami serta menjalani hidup. Hidup beserta semua konsekuensinya. “Sex, Love and Rock ‘n’ Roll” menjadi line yang memiliki arti sendiri bukan hanya untuk Mike Ness, sang pencipta, tetapi juga untuk pendengar lainnya.

Atau mungkin saya saja yang menjadi melankolis saat ini. Atau mungkin karena saya ingin meniti sesuatu yang baru dalam hidup. Tapi memang line “Sex, Love and Rock ‘n’ Roll” menandakan perubahan tahap dalam hidup. Mungkin itu juga yang dirasakan Mike Ness ketika menulis lagu-lagu dan membuat album ini.

Viva Sex, Love and Rock ‘n’ Roll..!

*"I believe in love now, with all its joys and pains" - Mike Ness*

No comments: