Tuesday, May 25, 2010



Pagi Hari Ini.

Pagi hari.
Seperti hari ini.
Sejenak setelah matahari membuka hari.

Di hari ini.
Di tiga tahun yang telah terlampaui.
Terdengar tangis pertama membuka hari.

Hadir menjadi anugerah terindah dalam hidup kami.
Hadir mengisi tawa yang indah mengukir hati.

Kini, tertawalah & bernyanyilah dengan lantang.
Berjalanlah dengan dada terbentang.

Selamat ulang tahun, putra tersayang.
*Ayah sayang Deva*

Friday, February 09, 2007


Secarik Surat.

Kayaknya hampir tiap hari kita gampang banget nulis surat untuk segala sesuatu. Bahkan sekedar nulis surat untuk membalas kiriman e-mail ngga penting dengan jawaban atau tanggapan yang sama dalam prosentase kadar ngga pentingnya.

Tapi entah kenapa, pasti ada suatu saat kita ngerasa bahwa menulis surat menjadi suatu beban yang sangat berat. Bisa jadi, itu berbentuk surat mengundurkan diri dari perusahaan yang saat ini menjadi tumpuan duit recehan buat hidup, untuk kemudian pindah ke tempat baru yang penuh janji perbaikan hidup.

Bertumpuklah puluhan macam kosa kata dalam segala macam susunan kalimat dan bentuk gaya bahasa yang berbeda-beda. Ada yang langsung berbicara dengan kalimat bermakna denotatif penuh hujat yang memang sudah lama ingin dilontarkan ke boss keparat. Tapi ada pula yang berhati-hati untuk menghindari makna konotatif yang nantinya akan terpikir di kepala boss (yang memang bangsat) ketika membaca surat keramat tersebut.

Atau mungkin, hati terasa berat ketika menulis surat yang ditujukan kepada teman lama, sahabat akrab atau kerabat yang teramat dekat, karena harus berpisah untuk seribu satu atau bahkan seribu dua ratus alasan.

Jangankan untuk menulis surat, hati menjadi terasa berat untuk sekedar mengucap.

Berat.
Sungguh berat.

* menghembuskan nafas panjang memang melegakan*

At least I'd lose this sense of sensing
Something else that hides away
From me and you
There're worlds to part
With aching looks and breaking hearts
And all the prayers your hands can make
Oh I just take as much as you can throw
And then throw it all away
Oh I throw it all away
Like throwing faces at the sky
Like throwing arms round yesterday

I stood and stared
Wide-eyed in front of you
And the face I saw looked back
The way I wanted to
But I just can't hold my tears away
The way you do

Elise believe I never wanted this
I thought this time I'd keep all of my promises
I thought you were the girl I always dreamed about
But I let the dream go
And the promises broke
And the make-believe ran out...

And every time I try to pick it up
Like falling sand
As fast as I pick it up
It runs away through my clutching hands
But there's nothing else I can really do
There's nothing else I can really do
There's nothing else
I can really do
At all...


“An excerpt from The Cure – A Letter to Elise”

Thursday, December 21, 2006


Destined Hearts
(wedding.17.12.06)
It's like two minds, two bodies, two hearts, two souls
Destined to be together, making one whole
Break the chains that hold us down
And we shall be forever bound
Marlboro Merah.
Secangkir kopi.
Simply Red - "Someday in My Life".
Kamar kost Bangka.
(di hari-hari terakhir saya menghuni rumah penuh kenangan ini)

Tuesday, October 24, 2006


Love is a flame.
I just got burned again.
Could it be you and I?
Should we give it a try?
*sigh*

Tuesday, September 12, 2006


Happy Anniversary,
Dear Mrs. You & Me!


11 September, 2006
Yup, hari ini pas banget setahun!
Di tanggal yang sama, bulan yang sama.
Di kalendar berbeda yang bernama tahun lalu.

Jika saja dia berwujud seorang anak, mungkin sekarang sudah belajar berjalan. Walaupun masih seringkali jatuh tersandung, atau mungkin terjerembab hanya karena kehilangan keseimbangan. Jika ini sebuah rumah baru, mungkin rumah yang tadinya kosong ini sudah sangat akrab dengan kehangatan interaksi antar penghuninya. Seandainya sebuah perjalanan, mungkin penuh sudah koleksi puluhan tiket perjalanan, puluhan cap stempel mengisi buku paspor, puluhan kamar hotel, lengkap dengan ratusan foto kenangan serta ribuan jejak langkah.

Jika saja…
Seandainya…

Masih ada lagi beberapa perumpamaan dan bayangan yang mengisi kepala saya hari ini. Masih banyak yang belum terucap di antara banjir kata-kata. Masih ada air mata di antara derai tangis. Masih tersisa semangat di sela-sela letih.

Iya, masih tersisa beberapa kepingan di ingatan. Bukan hanya tentang setahun yang lalu, tetapi juga setahun sebelumnya.

“Happy Anniversary, Dear. Mohon maaf untuk banyak yang terlewat di sepanjang waktu yang terbentang dan terbuang.”

Hampir tengah malam.
Kamar Bangka.
Marlboro Merah.
Secangkir kopi.
Marvin Gaye - Come Live With Me, Angel.

Thursday, July 27, 2006


“Pertanyaan Tentang Hati”

Aku selalu ingin tahu tentang apa sebenarnya arti sebuah hati?
Apakah sama dengan cinta?
Atau hanya sebuah organ di tubuh manusia?

Aku rasa hati memiliki sejuta makna
Sejuta arti yang terbawa dalam setiap detik desah nafas
Hati memberi sejuta rasa yang berdenyut di nadi
Hati memberi perasaan yang nyaman di sanubari

Kita akan lebih jelas melihat…
Jika saja kita bisa melihat dengan hati
Puisi akan jauh terdengar lebih indah…
Jika saja puisi ini datang dari hati
Setiap saat kita bisa mendengar cinta…
Jika saja kita mendengar dengan hati…

Hati yang tulus, jujur, tanpa pamrih…

Poem: Sadewo, Voice: Dion, Studio: Swanten, Engineer: Eko

“Sayap-sayap Mungil Mengisi Langit”

Pernahkah mendengar tentang cerita nasib seekor anak burung elang?
Bukan sesuatu yang mudah baginya untuk bisa terbang…
Mengikuti sang ibunda elang…
Mengarungi awan…

Ia hanya terkesima acap kali ibunda elang terbang…
Ia hanya tertatih berjalan mengikuti… untuk kemudian kembali terjatuh…

Terbayang betapa sulitnya ia bisa terbang…

Setiap detik, setiap gerak…
Selalu berusaha bergerak untuk mengepakkan sayap-sayap mungilnya…
Tak pernah berhenti bermimpi…
Berusaha untuk bisa terbang tinggi…

Sampai pada suatu hari…
Semua mimpi…
Semua usaha…
Mulai terbentuk dengan nyata…

Kini ia bisa mengepakkan sayap dengan lebarnya…
Menerjang awan…
Menembus benua…

Poem: Sadewo, Voice: Samuel, Studio: Swanten, Engineer: Eko

“Batu vs Pasir”

Sering aku berpikir tentang pentingnya seorang teman…
Pentingnya sebuah persahabatan…
Pentingnya punya teman yang bisa aku percaya…

Untuk setiap tawa dan canda, serta semua kebaikannya…
Aku menulisnya di atas batu, agar selalu aku kenang
Untuk setiap tangis dan kecewa, serta semua keburukkannya…
Aku menulisnya di atas pasir, sehingga angin membuatnya menghilang

Ketika aku percaya aku juga berusaha menjaganya…
Menjaga ketulusan…
Menjaga sebuah persahabatan…

Poem: Sadewo, Voice: Dion, Studio: Swanten, Engineer: Eko

“Cerita Tentang Matahari”

Ini hanya cerita tentang seorang teman…
Seorang sobat…
Sahabat lama…
Bernama Matahari…

Teman yang menebarkan terang menembus jari jemari hujan
Ia mengisi hangat di dalam cengkeraman jari jemari awan
Menyiram jiwa…
Bahkan jiwa tersepi di ladang-ladang sunyi
Menuangkan asa dan kehangatan di cangkir-cangkir kehidupan

Hidup…
Ia hidup…
Membantu kita hidup…
Dan membantu kita mengecap sejuta rasa kehidupan…

Menggelombang di riak-riak senja…
Menerangi langit yang temaram…
Membagi sinarnya dengan rata…
Membawa hidup untuk semua…

Poem: Sadewo, Voice: Samuel, Studio: Swanten, Engineer: Eko