Monday, October 17, 2005



September

Melayanglah...
Seperti daun yang terhempas dari pohon
untuk kemudian mengering di tengah padang
Terbanglah...
Seperti kupu-kupu yang kerap menghias malam
untuk kemudian perlahan menghilang

Mengalirlah...
Seperti air yang mengaliri gurun dengan lembut
untuk kemudian mengering kerontang
Menghilanglah...
Seperti pasir yang terhempas ombak
untuk kemudian berlari sembunyi di balik karang

Meneteslah...
Seperti ratusan liur yang membasahi bumi
untuk kemudian ratusan kali dijilat kembali
Melesatlah...
Seperti kata-kata yang kerap meluncur deras
untuk kemudian tajam menusuk hati

Menyalalah...
Seperti suluh yang berkerlip kecil
menerangi malam yang memeluk bumi
Hiduplah...
Seperti burung yang terbang tak tentu arah
tak bosan mengejar mimpi yang terhempas mati


But this was all your choice
Do you think it makes a difference now?
But this was all your choice
It's good to see it hasn't changed you...

Face to Face – Big Choice

Monday, August 29, 2005

Akhirnya, Oh Akhirnya…

Sepuluh tahun yang lalu, akhirnya gua baru ngerasain bebasnya dari penjara yang namanya sekolah. Seneng? Jelas, seneng banget! Bingung? Bingung mo ngelanjutin kemana. Bingung kalo ngebayangin nanti ngga bisa diterima di perguruan tinggi negeri, karena jelas-jelas ngga ada di daftar rencana keluarga untuk bisa masuk mengecap pendidikan di perguruan tinggi swasta yang katanya mahal itu. Keterima di perguruan tinggi negeri? Ngga juga! Kebayang kan akhirnya gimana…

Tujuh tahun yang lalu, setelah melanglang buana berkeliaran di jalan. Setelah sana-sini kerja serabutan. Akhirnya gua kepikiran lagi untuk ngelanjutin kuliah. Alasannya? Simpel banget, pengen ngerubah jalan hidup. Punya duit buat kuliah? Ngga juga! Cuma pengen ngerasain belajar banyak hal yang selama ini gua suka banget tapi ngga kesampean. Mulai deh rutinitas baru, kuliah malam.

Lima tahun yang lalu, akhirnya mau ngga mau harus cari kerja lagi. Karena emang harus bersusah payah usaha punya uang untuk tetap bisa makan dan tetap bisa kuliah. Balik lagi deh, setelah seharian keringetan cari bahan tulisan atau foto untuk kerjaan, harus bela-belain nyetor muka di kampus untuk ngikutin kuliah malam.

Tiga tahun yang lalu, akhirnya semua mata kuliah udah abis semua. Kuliah selesai? Ngga juga! Masih ada yang namanya Tugas Karya Akhir (TKA) yang harus digarap, tapi akhirnya cuma hilang tertelan kesibukan kerjaan. Belum lagi ditambah sama namanya harus pindah-pindah kerjaan terus :P.

Dua hari yang lalu, akhirnya ngerasain bebas-sebebasnya dari beban kuliah! Setelah bolak-balik ganti judul TKA mulai dari tema Photo Journalism sampe akhirnya ngupas tentang program talkshow (yg notabene emang ngambil dari salah satu kerjaan sendiri pula!). Mulai dari garap TKA jaman masih kerja jadi kuli tinta dan tukang jepret, sampe sekarang kerja jadi tukang kopi di agency iklan.

Akhirnya, oh akhirnya… hilang juga beban yang satu ini. Terbalaskan juga utang diri. Bisa juga ngeliat senyum bokap nyokap. Seneng juga ngga harus nyisihin duit untuk nyumbang universitas negeri ini heuhehe… Walopun agak-agak ketinggalan jaman baru lulus sekarang (hareee genneee… kmana aja, mas?! Heuhehe…).

Akhirnya, oh akhirnya… Lucu juga yah, ternyata! :P
-------------------------------------

Deepest gratitude to my fellows:
Eva, atas kebersamaan dalam perjuangan sampe detik2 trakhir!
Echoy, u/ tahun2 hidup bersama yg menyenangkan, berbagi tempat tidur & makan. Thank you, Bro’!
Doel, temen sperjuangan cari makan (jd pasangan kuli tinta & mat kodak) & temen kuliah bareng.
Imel, temen curhat & jogging buddy! (loh?! :P).
Lina, Sinta, Melany Joan, etc…
Eniwei, semua rekan-rekan tercinta Komunikasi Massa ’98, Program Ekstensi, FISIP UI! Luv’ U All!

Monday, July 25, 2005



Through This Heart

Through these eyes
...
I’ve seen love and I’ve seen hate
Through these eyes...
I’ve seen an angel and I’ve seen a whore
Through these eyes...
I’ve seen things in life worthwhile
Through these eyes...
I’ve cried those tears some more


Through these ears
...
I’ve heard a junkie cried for love
Through these ears...
I’ve heard promises and I’ve heard lies
Through these ears...
I’ve heard vows that’s been swept away
Through these ears...
I’ve been told to sacrifice


Through this mouth
...
I’ve spoken the forgotten words
Through this mouth...
I’ve sung the inaudible melodies
Through these lips...
I’ve tasted the sweetness and the bitterness
Through these lips...
I’ve kissed a taste of lonelines
s

Through this heart
...
I’ve known love and I’ve known hate
Through this heart...
I’ve felt joy and I’ve felt pain
Through this heart...
I’ve fallen for another long way down
Through this heart…
I’ve learned about love and its consequence

*Through these eyes, I've seen the real you. & it's a shame... :P*

Friday, July 15, 2005

Waduh, belum sempet nulis2 update blog. Tapi kata Dita, tetangga blog sebelah, banyak lagu yang sangat cukup mewakili perasaan orang mo di belahan dunia mana pun, mo lagi sedih, susah, terpuruk, ato perasaan yg lain! :P. Jd sementara nge-upload lirik lagu lagi ah, secara kebetulan track yg lagi paling sering keputer! heuhehe... Lagu klasiknya Michael Jackson (nb: kakaknya Janet getooo lowhhh! :P). Enjoy!
-----------------------------------------------
One Day in Your Life

One day in your life
you'll remember a place
Someone's touching your face
You'll come back and you'll look around you

One day in your life
You'll remember the love you found here
You'll remember me somehow
Though you don't need me now
I will stay in your heart
And when things fall apart
You'll remember one day...

One day in your life
When you find that you're always waiting
For the love we used to share
Just call my name And I'll be there

You'll remember me somehow
Though you don't need me now
I will stay in your heart
And when things fall apar
You'll remember one day...

One day in your life
When you find that you're always longing
For the love we used to share
Just call my name
And I'll be there...

gua, jengkol & lexy di kamarnya Jenni malem2
emang lagu ini jahat Jen?
mo diputer brp kali lg? :PPP
thinkin' bout someone...

Friday, July 01, 2005

It's just a list of songs that I really like to hear recently. Or should we call it "Theme Songs of the Month"? :D. Anyway, they're really great songs! Check 'em out!
-------------------------------------------------------------------
Walk Away

Oh no, here comes that sun again
And that means another day without you my friend
And it hurts me to look into the mirror at myself
And it hurts even more to have to be with somebody else

And it's so hard to do and so easy to say
But sometimes... sometimes...
You just have to walk away... walk away

With so many people to love in my life
Why do I worry about one?
But you put the happy in my ness
You put the good times into my fun

And it's so hard to do and so easy to say
But sometimes... sometimes...
you just have to walk away...
Walk away and head for the door

We've tried the goodbye so many days
We walk in the same direction, so that we could never stray

They say if you love somebody,
Then you have got to set them free
But I would rather be locked to you
Than live in this pain and misery

They say time will make all this go away
But it's time that has taken my tomorrows
And turned them into yesterdays
And once again that rising sun is droppin' on down
And once again, you my friend
Are nowhere to be found

And it's so hard to do and so easy to say
But sometimes, sometimes you just have to walk away...
Walk away and head for the door
You just walk away... walk away... walk away
You just walk away... walk on...
Turn and head for the door

Performed by Ben Harper.
Dengerin bolak-balik sambil kerja di kamar Jenni. Repeated track as always :D. Jenni duduk berdoa di atas tempat tidur. Berat banget ya Jen? Nanti gua sampein deh kalo ketemu dia :P. Get well soon, Dear Miss Jengkol! :)

----------------------------------------
Goodbye Street

A last coffee, and a loving kiss..
Our eyes meet and we already miss
Holding hands, strollin' down the shore
Rolling in the sand say, I love you once more..
What does it matter still my heart grows weak..
As we stroll down goodbye street

I don't wanna walk alone girl (I don't wanna walk alone)
I want to walk along with you..
I don't wanna walk alone girl (I don't wanna walk alone)

I wanna be the one for you..
Walkin' alone makes me feel so blue..
When everything reminds me so much of you
Others lovers pass me by,
Surely they can see a tear in my eye
I wonder how can this be?
Let your love slip away from me..

Now I have to sit and wonder,
do you love some other guy?
Do we share these lonely feelings?
I can't deal with the pain that's the reason why

I don't wanna walk alone girl (I don't wanna walk alone)
I want to walk along with you..
I don't wanna walk alone girl (I don't wanna walk alone)
I wanna be the one for you..

Now I have to sit and wonder
Do you love some other guy?
Do we share these lonely feelings?
I can't deal with the pain that's the reason why

Never so hard did love ever try
As she did with you and I
I'll hold you close and then I'll say goodbye
Oh won't you give this love just one more try.

I don't wanna walk alone girl (I don't wanna walk alone)
I want to walk along with you..
I don't wanna walk alone girl (I don't wanna walk alone)
I wanna be the one for you..
I don't wanna walk alone girl (I don't wanna walk alone)
I want to walk along with you.. with you..

Performed by The Hepcat.
Melancholic skankin rhythm from my fav' Reggae-Ska-Jazz band. Lumayan buat nemenin malem2... :D

----------------------------------------
#41

Come and see
I swear by now I’m playing time
I against my troubles
I’m coming slow but speeding
Do you wish a dance while i’m in the front
The play on time is won
But the difficulty is coming here

I will go in this way
And find my own way out
I wont tell you to stay
But I’m coming to much more...
Me

All at once the ghosts come back
Reeling in you now
What if they came down crushing
Remember when I used to play for
All of the loneliness that nobody
Notice now

I’m begging slow I’m coming here
Only waiting
I wanted to stay
I wanted to play
I wanted to love you

I’m only this far
And only tomorrow leads my way

I’m coming waltzing back
and moving into your head
Please, I wouldnt pass this by
I would take any more than
What sort of man goes by

I will bring water
But, why wont you ever be glad
It melts into wonder
I came in praying for you
Why wont you run into the rain and play
Let the tears splash all over you...

Performed by Dave Matthews Band.
Semoga masih suka lagu ini & masih punya arti yang sama, every single line... :)

-----------------------------------------
Rain King

When I think of heaven
Deliver me in a black-winged bird
I think of flying
Down into a sea of pens and feathers
And all other instruments of faith and sex and God
In the belly of a black-winged bird
Don't try to feed me
'cause I've been here before
And I deserve a little more

I belong in the service of the Queen
I belong anywhere but in between
She's been crying
And I've been thinking
And I am the Rain King

Well I said
Mama, mama... why am I so alone?
I can't go outside
Cause I'm scared I might not make it home
I'm alive, Im alive
But I'm sinking in
If there's anyone at home at your place darlin'
Please invite me in
Don't try to bleed me
Cause I've been there before
And I deserve a little more

I belong in the service of the Queen
I belong anywhere but in between
She's been lying
I just keep sinking
And I am the Rain King

Hey, I only want the same as anyone
Mr Henderson just keeps waiting for the sun
Oh, it seems night endlessly begins and ends
And ends and begins and ends
After all the dreaming I just wanna come back home again...

Every little bit of sister says youre going sinking
Down well under ground
And every little thing she does to me is beautiful
And I said every little bit of fun and loneliness
Well, every little thing that endlessly confuses me
When I think of heaven...
Uhmmm... When I think of heaven
Uhmmm... When I think of heaven
I think of you
Do you think of me too
And when I think of heaven
Deliver me in a black winged bird
Oh, come on

I think of dying
Lay me down in a field of flame

Performed by Counting Crows.
"I'm alive. But I'm sinking in...
"
-----------------------------------------

Tuesday, June 21, 2005



Lullabye

Good night, good night...

Let the moon lingers on with its magic light

Should I let you go tonight?

Or should I keep holding you tight?

Good night, good night...

I cannot sleep, I cannot dream tonight

Will I ever get through it all?

May I hold you through the winter of a long night?


If words were all it took to safe the night
Then I’d say more of them to the moon right now
But here’s the coming of the dawn
And the morning is already here…

Good night, good night…
Where are you? What are you up to?
Do you sleep right now?
Will you ever dream a lil’ dream of me and you?

Good night, good night…

To all the sorrows and the pains
When shall completeness fill up incompleteness?
Fulfilling joy, relieving pain?

If words were all it took to safe the night
Then I’d say more of them to the moon right now
But here’s the coming of the dawn
And the morning is already here…

190605.03.00 AM. Raining in Djakarta.
"Look at the stars that shinning so bright, Do you know which one I wish upon?"

Monday, June 20, 2005



Angel Flying Too Close to the Ground

If you had not have fallen

Then I would not have found you

Angel flying too close to the ground

And I patched up your broken wing
And hung around a while
Tried to keep your spirits up
While you were feelin' down

I knew someday that you would fly away
For love's the greatest healer to be found
So leave me if you need to
I will still remember...
Angel flying too close to the ground

Fly on, fly on past the speed of sound
I'd rather see you up than see you down
Leave me if you need to
I will still remember
...
Angel flying too close to the groun
d

Theme song semalem, lagu lamanya Willie Nelson.
Dibawain ulang sama Smoking Popes.

Monday, June 13, 2005



Yang Salah Boleh Marah
Yang Marah Boleh Salah

Dibuka: Kelas Pelatihan Manajemen! Begitu tulisan yang tertera di iklan mungil dalam jajaran kolom iklan baris di sebuah harian ibukota. Menarik kan? Tapi jangan salah, ada jurusan baru yang mungkin membuat Anda makin tertarik, yaitu jurusan Manajemen Kemarahan.

Jarang-jarang ada kelas manajemen seperti ini. Mungkin kelas pelatihan ini dibuka karena sekarang ini banyak orang yang mudah marah-marah. Banyak orang yang menyimpan kemarahan yang meletup-letup di dalam dirinya. Banyak orang yang menjadikan kemarahan sebagai hobi baru. Atau mungkin, marah-marah menjadi kebiasaan buruk yang tidak disengaja.

Nah, kalau kita mismanage kemarahan-kemarahan yang sudah bertumpuk-tumpuk ini, jangan salahkan si empunya rasa marah jika ia suka meledak-meledak. Jangan juga salahkan ia, jika kata-kata jahat sangat mudah meluncur dari mulutnya. Jangan juga salahkan ia, akan hal-hal irasional yang melekat dengan segala tingkah lakunya.

Maklum, namanya juga lagi marah. Namanya juga lagi emosi, gelap mata dan gelap hati. Jika keadaan emosi seseorang sedang dalam tingkat kemarahan yang tinggi, wajar saja jika mengganggu cara kerja otak dalam merumuskan pola pikir yang seharusnya. Kemarahan tingkat tinggi juga sangat potensial mengganggu cara kerja hati untuk merasakan sesuatu. Pola pikir dan standar etika boleh berubah.

Kesimpulannya:
Yang Salah Boleh Marah?
Atau yang Marah Boleh Salah?

Aneh ya? Tapi bisa jadi. Sekarang banyak orang salah yang marah-marah. Mungkin ia marah-marah karena merasa bersalah. Atau sekedar menutupi rasa bersalah. Atau mungkin ia marah karena ada orang lain yang salah, karena itu ia punya hak untuk marah dan akhirnya sah juga untuk berbuat salah. Kemudian ia marah-marah untuk menutupi rasa bersalah. Bingung kan? Akhirnya, ada pihak yang harus mundur dan mengalah.

Tak disangka, ternyata peminat peserta kelas ini membludak. Semakin lama, semakin banyak orang yang marah-marah dan menularkan virus marah ke orang-orang lain di sekitarnya. Bermacam-macam aksi orang-orang yang suka marah-marah. Karena itu, banyak di antara mereka yang merasa harus ikut kelas Manajemen Kemarahan. Untuk dapat lebih mengendalikan rasa marah yang suka tak terkontrol meletup-letup seperti bara yang menunggu siraman bensin.

“Saya MARAH,” teriak seorang pria yang ikut di kelas Manajemen Kemarahan ini. “Saya ingin orang yang bikin saya marah tahu kalau saya marah, saya ingin ia merasa bersalah atas saya yang marah-marah,” lanjutnya. Maka, ia pun menulis surat kemarahan bertinta merah dengan huruf kapital bertuliskan MARAH. Ia pun terisak-isak meminta pertolongan,”Saya ikut kelas ini juga karena saya ingin mengendalikan kemarahan saya kepadanya.”

Lain pula dengan wanita yang duduk manis di seberangnya. “Saat ini, hanya rasa marah yang saya punya,” akunya. Menurutnya, pernah ada yang berbuat salah kepadanya, hingga akhirnya ia pun marah dan berbuat salah. “Saya sudah tidak bisa apa-apa lagi. Bolak-balik saya berkaca dan bolak-balik pula saya makin tambah marah,” ceritanya panjang lebar. “Dan ingat, jangan pernah ada yang marah sama saya, karena itu hanya akan membuat saya tambah marah! Ingat itu, MARAH!” suaranya pun mulai meninggi.

Seorang pria duduk terpekur mendengar cerita mereka berdua. “Saya justru bingung kenapa ikut kelas ini, tandasnya. “Saya bingung bagaimana harus mengekspresikan rasa marah. Karena itu, saya ingin tahu apakah wajar jika saya marah,” ujarnya dengan suara kebingungan. “Silakan jika ingin marah,” serentak peserta lain berteriak. “Tapi… Tapi… Tapi… Bukannya kelas ini justru untuk mengendalikan rasa marah?” desahnya makin bingung. Ia pun terdiam, lamat-lamat terdengar suaranya,“pernah saya mencoba marah, tapi malah saya yang kena marah-marah…”

Makanya, kita sekarang perlu berhati-hati. Jika virus marah sudah merasuk ke hati dan jiwa, bisa membutakan mata, menulikan telinga dan akhirnya mengganggu semuanya. Mulai dari mengganggu pekerjaan, kesehatan, hubungan pribadi, hingga mengganggu cita-cita masa depan.

Jika berminat ikut kelas Manajemen Kemarahan, buruan deh mendaftar! Tempat terbatas! Atau Anda berminat ikut kelas pelatihan berikutnya, Manajemen Pengendalian Diri dan Manajemen Hati?

*capek ngga sih marah mulu? :-P*

---------------------------------------------------
Controlling Anger
Before It Controls You

Apa sih sebenarnya rasa marah? Dari kecil kita mungkin sudah akrab dengan perasaan manusia yang satu ini. Tapi mungkin kita selalu nerima apa adanya. Kadang kita cuma bisa marah-marah ngga karuan. Tanpa ada pemecahan masalah, malah bikin masalah-masalah baru.

Ada artikel yang baru saya baca-baca di internet tentang kemarahan, menarik juga buat iseng-iseng dibaca. Just follow the links & enjoy your anger! :)

Anger is a completely normal, usually healthy, human emotion. But when it gets out of control and turns destructive, it can lead to problems—problems at work, in your personal relationships, and in the overall quality of your life. And it can make you feel as though you're at the mercy of an unpredictable and powerful emotion.

Topics:
·
What Is Anger?
The Nature of Anger
Expressing Anger
·
Anger Management
Are You Too Angry?
Why Some People More Angry Than Others?
Is It Good To “Let It All Hang Out?”
·
Strategies To Keep Anger At Bay?
Relaxation
Cognitive Restructuring
Problem Solving
Better Communication
Using Humor
Changing Your Environment
·
Do You Need Counseling?
What About Assertiveness Training?

Thursday, June 09, 2005



180°

Hidup seperti roda, katanya…


Terlalu banyak perubahan

Terlalu cepat waktu untuk berubah

Bawah merambat pelan naik menjadi atas

Atas bergulir turun cepat menjadi bawah


Musuh lama menjadi teman terdekat

Yang kini selalu setia mengikat
Teman terdekat menjadi musuh terbaru

Menjadi kotoran yang mengganggu

Hidup seperti roda, katanya…

Menuntut banyak perubahan

Memenuhi berbagai tuntutan

Tetapi ada yang tetap diam tak berubah

Tetapi ada yang tetap bersih tak bersalah


Hati kosong dengan ketidakpastian
Jiwa menyimpan terlalu banyak keinginan

Mimpi lama menjadi harapan dan impian
Mimpi baru menjadi secarik kotoran


Hidup seperti roda, katanya...

Kata-kata lembut menjadi teriakan penuh amarah

Janji-janji manis menjadi kalimat penuh darah

Amarah yang dulu merah kini mengisi lubang hitam
Sumpah serapah yang dulu tumpah kini menemani malam


Jangan terlalu banyak berharap

Jangan terlalu tinggi bermimpi

Asa dan harap berubah menjadi asap

Mimpi terdiam, basi dan mati…


Benar, hidup memang seperti roda

Ujar mimpi, yang kini terdiam, basi dan mati…


Int – Day
Kamar Kost Bangka

Earth Wind & Fire – Devotion

Rokok & Vodka Mix

Wednesday, June 08, 2005



Pejuang Gagah Itu Kini Terbujur Tenang

Pejuang gagah itu kini terbujur dengan tenang. Tak ada lagi teriakan lantangnya. Tak lagi terdengar suara tawanya yang kadang terbahak keras. Tak ada lagi gurauan-gurauan penuh canda. Mungkin yang masih terlihat hanya senyumnya, tenang tersungging di bibirnya yang tertutup kumis.

Konon, pejuang gagah ini telah melewati berbagai medan pertempuran. Saya ingat, dulu saya sangat senang sekali mendengar perjalanan hidup pejuang gagah ini di jaman kemerdekaan. Banyak cerita lucu yang membuat saya tertawa, walaupun mungkin saya sudah tidak ingat lagi secara detail cerita perang pejuang gagah ini.
Kerutan-kerutan yang menggurat di wajahnya, menandakan betapa panjangnya perjalanan hidup sang pejuang gagah ini. Kalau ada napak tilas tentang perjalanan dan perjuangan hidupnya, saya tak mampu menghitung berapa kilometer yang harus ditempuh. Mulai dari perjalanannya di medan perang hingga perjuangannya dalam hidup.
Saya yakin, dia sudah cukup merasakan pahit manisnya hidup dan asam garam yang tertebar di dunia. Walaupun begitu, senyumnya tetap menghias dan suara tawanya sangat sering terdengar. Jarang sekali kita akan mendengar keluh kesah keluar dari mulut beliau. Betapapun susahnya hidup, dia akan selalu terlihat gagah. Jangan harap kita akan mendengarnya meminta bantuan, kala ia sedang sakit sekalipun.
Ada hobi yang menarik dari pejuang gagah ini. Ia sangat senang menerbangkan layang-layang. Tak dimanapun, hampir di semua tempat yang disinggahi, orang-orang sangat mengerti akan hobi uniknya ini. Selama bertahun-tahun, ia sangat senang berjalan jauh hanya untuk menerbangkan layang-layangnya. Menerbangkannya tinggi, setinggi menerbangkan impian-impian yang mungkin tak semuanya dapat ia wujudkan.
Ada lagi satu hobinya yang saya ingat, ia selalu berusaha membuat orang lain tertawa. Wajar sekali jika orang mudah jatuh cinta dengan dirinya. Ketika orang-orang lain masih sibuk tertawa, ia hanya tersenyum sambil menikmati secangkir kopi dan menghisap rokoknya dalam-dalam .
Pejuang gagah yang sangat menikmati hidupnya. Itu yang akan keluar dari mulut saya, jika harus berkomentar tentang dirinya. Mungkin karena sangat menikmati hidup, maka ia mampu bertahan selama ini. Ketika yang lain telah meninggalkan dirinya lebih dulu satu per satu.
Sayang sekali, pejuang gagah itu kini terbujur tenang. Setelah stroke menyerangnya secara tiba-tiba. Membuatnya terjatuh dan kepalanya harus terluka lebar karena terbentur. Tingkat kesadarannya melemah dan dunia medis juga telah tak sanggup membuatnya untuk tetap bertahan.
Pejuang.
Veteran.
Kang mas.
Suami.
Bapak.
Mbah kakung.
Mbah Man.
Opa.
Opung.
Eyang.
Pak tua.
Atau apalah berbagai sebutan dan peran untuk dirinya.

Pejuang gagah itu kini terbujur tenang. Setelah 82 tahun mengarungi hidup, kini ia harus pergi meninggalkan dunia. Kembali pulang bersemayam di dekat makam sang istri untuk kembali bersanding dengan kekasih yang telah lebih dulu meninggalkannya 27 tahun yang lalu.
Mohon maaf jika cucu tercinta ini belum sempat membalas kasih sayang yang telah menemani selama ini. Mohon maaf jika cucu tercinta ini belum sempat memenuhi janjinya untuk tetap merawat pejuang gagah ini. Mohon maaf jika cucu tercinta ini belum sempat membuat pejuang gagah ini menikmati hasil perjuangan hidup yang lebih baik.
Tetapi saya tahu, pejuang gagah itu kini terbujur tenang dengan senyum yang tetap menghias bibirnya. Suara lantang dan tawanya akan saya ingat sepanjang hidup saya.
Cinta sebesar-besarnya untuk Mbah Kakungku…
Toegiman Ronodihardjo (R.I.P)

10 April 1923 – 04 Juni 2005

Friday, June 03, 2005



Ketika Pesakitan Berteriak Sakit

INT. SEAN'S OFFICE -- DAY

Will and Sean sit in silence. A long moment passes. Sean
casually reclines in his chair, disinterested. Will restlessly
looks around the room and then back to Sean. An odd half smile
crosses Sean's face. After a moment:

SEAN (cont'd)
My wife's been dead two years, Will. And when I think about her, those are the things I think about most. Little idiosyncrasies that only I knew about. Those made her my wife. And she had the goods on me too. Little things I do out of habit.

People call these things imperfections Will. It's just who we are. And we get to choose who we're going to let into out weird little worlds. You're not perfect. And let me save you the suspense, this girl you met isn't either.

The question is, whether or not you're perfect for each other. You can know everything in the world, but the only way you're findin' that one out is by giving it a shot. You sure won't get the answer from an old fucker like me. And even if I did know, I wouldn't tell you.
------------------------------------------------

Di atas cuma sepotong adegan dalam film Good Will Hunting (1997). Cerita tentang Will Hunting (Matt Damon), seorang anak muda yang pintar tapi juga bermasalah dengan keadaan jiwa dan kehidupan pribadi. Beruntung dia bisa bertemu dengan seorang profesor psikologi, Sean (Robbin Williams), yang bisa membuka dirinya dan memberikan pencerahan tentang arti hidup dan cinta.

Tapi ngga semua bisa seberuntung Hunting. Tokoh Alvy Singer (Woody Allen) dalam film Annie Hall (1977), harus menghabiskan waktu belasan tahun berkunjung ke psikiater mengenai masalah pribadinya. Dalam film ini, ia berulang kali mengaku sakit dan memiliki masalah pribadi, meminta sekelilingnya untuk memaklumi.

Masalah pribadi dan masalah insecurities-nya sendiri yang harus mengorbankan dua pernikahan dan mempertaruhkan hubungannya dengan Annie Hall (Diane Keaton). Bahkan dia pula yang membuat Annie Hall berkunjung pula ke psikiater. Tapi sampai di akhir film kita juga ngga melihat titik cerah, selain perpisahannya dengan si true love, Annie Hall.

Ada seseorang yang pernah curhat ke saya tentang mantan pacarnya yang harus berkunjung ke psikiater. Masalah insecurities dan berbagai masalah lainnya, katanya. Ngga lama, dia sendiri yang merasa harus berkunjung pula ke psikiater. Masalah dengan komitmen, akunya.

Setelah mendengar keseluruhan cerita, ternyata ia sendiri sadar memiliki masalah dengan komitmen, mengaku salah, mengaku sakit, dimaafkan, dimaklumi. Namun yang lucu, jalan keluarnya tetap tidak berusaha memperbaiki semuanya. Tetap merindukan dan menikmati rasa sakit. Sampai ia sendiri merasa perlu berkunjung ke psikiater, untuk mencari jawaban atas permasalahan yang sebenar-benarnya.

Segitu sakitnya kah kita, hingga harus mendorong orang-orang tercinta jauh-jauh? Walaupun mereka telah berusaha memaklumi, menemani dan berharap kita untuk sembuh.

Ingat jaman kita masih kecil dulu, kita bisa berteriak sakit dan kita akan langsung mendapat perhatian ekstra serta bisa bermanja-manja ria. Orang tercinta sekeliling kita akan setia menemani hingga kita sembuh. Klaim bahwa kita sakit akan membuat orang lain memaklumi keadaan diri kita, sikap kita dan segala macam polah tingkah laku kita. Klaim bahwa kita sedang sakit dapat menjadi mantra yang sangat ampuh, kalo sakit mau diapain lagi?

Dimaklumi.
Dimaklumi.
Dan dimaklumi.

Ngga percaya?

Mantra ini boleh Anda coba sendiri. Ngga peduli banyaknya kerjaan di kantor, ngga peduli ketatnya deadline, tapi kalo Anda merasa ngga enak badan tinggal kasih pernyataan kalau Anda sakit, apalagi kalo bisa didukung dengan secarik surat yang mempertegas kalo kita sakit dari dokter. Walhasil, kantor dan atasan Anda akan memaklumi. Tapi perlu diingat, ada rekan-rekan kerja yang menderita dengan ulah Anda ini! (tolong dipikirkan sebelum dicoba, demi kemaslahatan bersama!) :-P

Sampai kapan kita akan berteriak sakit dan mengharapkan semua orang akan memaklumi keadaan kita? Apa hanya cukup dengan berteriak sakit, tanpa ada usaha untuk mencoba sembuh? Seperti maling yang hanya bisa meminta maaf dan memohon untuk dimaklumi atas kejahatannya, tapi juga tidak bisa berjanji untuk tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.

Atau seperti pelacur yang minta dimaklumi bahwa dia terpaksa harus menjajakan tubuh dan kelamin dan berjanji untuk insaf. Tetapi juga dengan senang hati tetap akan membuka pakaian dan membuka lebar pahanya, ketika lembaran uang bicara.

Atau mungkin seperti seorang pecandu, yang minta dimaklumi keadaannya dan berjanji untuk sembuh. Mengaku sangat letih dengan keadaan dan gelapnya perjalanan hidup. Tetapi juga tetap merindukan penetrasi jarum suntik ke dalam nadi, memijat-mijat halus syaraf dan menstimuli otak dengan kenikmatan dan rasa tenang.

Sugesti, kalau kata dokter. Ketergantungan fisik terhadap obat-obatan gampang sembuhnya. Tapi yang susah menghilangkan pikiran yang seringkali terbersit untuk kembali mencicipi obat yang bisa memberikan kenikmatan dan ketenangan hati. Kekuatan sugesti pula yang bisa mengubah keadaan seseorang, masih kata dokter. Berpikir sembuh kalau mau cepat sembuh, berpikir sakit kalau mau tetap sakit. Aneh ya?

Sakit?
Minta dimaklumi?
Sampai kapan mau sembuh?

Atau mungkin kita semua seperti pecandu? Yang kadang merindukan rasa sakit dalam hati dan jiwa, yang kadang menikmati kesendirian dan kekosongan. Tapi mungkin kita punya cara sendiri-sendiri untuk mencari obat yang dapat mengobati rasa sakit. Ini cuma teori konyol sih, tanpa didukung dengan segala macam data dan informasi yang akurat. Tapi mungkin lho, ternyata kita semua pesakitan.

Tapi semua orang pasti juga capek jika harus sakit bertahun-tahun. Anak kecil juga tahu, walaupun dimanja tetap aja ngga enak kalau sakit terus-terusan. Siapa yang mau harus berkunjung rutin ke psikiater sampai belasan tahun, tanpa tahu akhirnya gimana. Tetap sakit atau sembuh?


*Sakit? What a lame excuse! Ngga bosen dari dulu sakit mulu?! Get well soon yah! :-P*

Thursday, May 19, 2005



I struggle to put it together, in a way that allows me to continue...
Knowing that we're on the separate roads.
But then, I look through the lens of my camera and you're there.
I start to write an article and I find myself writing it to you.

It's clear for me now that we've been moving towards to each other...

A letter to Francesca Johnson, from Robert Kincaid - the Bridges of Madison County

*This kind of certainty comes just once in a lifetime.*

Monday, April 18, 2005



There's nothing like this...

09.30 tadi pagi.
Abis mandi, dengerin There’s Nothing Like This-nya Omar. Damn, lagu acid jazz taun 90/91 ini emang ngga ada matinya! Masih enak aja di kuping. Lumayan lah penyegaran pagi-pagi, itung-itung ngisi hati… :D

Isi lagunya simple, ngajak kita untuk menghargai apa yang kita punya. Let us appreciate what we have. But then it leads to simple questions, why do we want things we can’t have? Why are we always looking for substitution for what we have? Kenapa sih manusia ngga pernah puas? Bagian dari nature-nya manusia? Atau emang kita aja yang ngga pernah ngerasa cukup?

[SIGH]

*There’s no subtitution for what we have - Omar*

Friday, April 15, 2005



No Regrets.
(they’ll only hurt)

This month's poll:
What’s the thing that you regret the most in your entire life?

a. Your Career

b. The love of your life

c. A blast from the past, or

d. ……………………(please fill in your answer)

Kalau saja pertanyaan ini muncul, apa kira-kira jawaban yang akan meluncur dari mulut Anda? Jika Anda sedang bermasalah di tempat Anda bekerja sekarang, mungkin secara otomatis Anda langsung berkeluh-kesah tentang kantor dengan beragam isi dan suasana di dalamnya.
Mulai dari karir yang seolah membuat Anda lari di tempat selama beberapa tahun ini. Atau mungkin gaji yang Anda rasa di bawah standar upah mininum hura-hura gemerlap dunia, dengan kata lain, gaji yang terasa merambat sangat perlahan sudah tidak mampu lagi membiayai gaya hidup Anda yang menuntut pengeluaran untuk fitness, spa, yoga, belum lagi kunjungan mendadak ke club-club.
Bahkan bos, teman-teman kerja, suasana kerja, sampai kebijakan perusahaan, sangat potensial menjadi kambing berbulu hitam yang menyebalkan. Sehingga Anda merasa keputusan untuk bergabung dengan kantor yang sekarang adalah hal yang paling Anda sesali seumur hidup.
Atau ada hal lain yang paling Anda sesali? Cinta mungkin? Saya yakin pasti banyak juga yang memilih jawaban ini :-). Mulai dari tambatan hati yang ternyata tak menambatkan hatinya pada Anda (bahkan ngelirik juga ngga! :-P). Atau tentang masa-masa cerah bertahun-tahun yang harus berakhir suram. Mungkin juga tentang teman hidup yang kesulitan menjaga cintanya dan masih bingung memilih teman hidup dan teman tidur yang tepat.
Mungkin Anda sendiri yang memiliki masalah dalam menjaga komitmen dan memelihara hubungan. Yang membuat Anda selalu berenang dalam keraguan dan berendam dalam ketakutan. Sehingga akhirnya Anda lebih memilih membuat keputusan yang selalu membuat Anda terpojok sendiri dan menyesal?
Masih banyak hal-hal lain di mana Anda merasa telah membuat keputusan yang salah dalam hidup dan Anda sesali kemudian hari. Segitu bersalahnya kita dalam mengambil keputusan kala itu?
Bisa jadi, iya.
Bisa juga, tidak.

Tapi sayang saja, kalau Anda menghabiskan sisa waktu menangisi yang lalu. Yang membuat Anda berendam dalam air mata dan menambah garis luka di hati. Nikmati aja manisnya gula dan pahitnya kopi dalam hidup…
*please dear, don’t cry & don’t die!*

Thursday, March 31, 2005



See You, Insanians!

If life is like motion pictures, may my time with you be the greatest picture of them all. With all the wonderful scenes that will never be faded in time.
Sincere thanks & best wishes for the future.
Past & Present:
Shafri Mohamad, David Soo, Yvonne W, Mike Oktalina, Yussy, Dian, Ganesha Tamzil, Pipiek Prahastuty, Nadya Prayudhi, Budi Suhartono, Fahroni, Ratu Astrid, etc.

Thursday, March 17, 2005

Event of the Year

Incognito, Lizz Wright, etc.
Visit
my photo blog to see pictures of them on stage!

Sayang ngga bawa kamera pas hari pertama, Laura Fygi & Tania Maria getooo lowhhhh…

*sad event juga sih :(*

Friday, March 11, 2005



Sebuah Permohonan Maaf

Aku mohon maaf atas mentari yang bersinar terik membakar kulitmu
Aku mohon maaf atas rembulan yang menebar dingin di atas kesendirian
Aku mohon maaf atas air mata mentari yang menetes menjadi debu
Aku mohon maaf atas semesta yang memisahkan mentari dan rembulan

Aku mohon maaf atas mawar merah yang kini menghitam layu
Aku mohon maaf atas kenangan yang telah tertelan waktu
Aku mohon maaf atas kata-kata yang pernah terangkai
Aku mohon maaf atas pudarnya foto usang yang pernah terbingkai

Aku mohon maaf atas terangnya api lilin yang kini telah meredup
Aku mohon maaf atas kebencian yang kini menyala merah
Aku mohon maaf atas jalan yang membuatmu tersesat dalam hidup
Aku mohon maaf atas duka dan kecewa yang menjelma menjadi amarah

Aku mohon maaf atas manisnya gula dan pahitnya kopi
Aku mohon maaf atas angin yang sempat membawa daun pergi
Aku mohon maaf atas kecutnya senyum dan getirnya tawa
Aku mohon maaf atas getaran-getaran yang pernah merasuk jiwa

Aku mohon maaf atas semuanya…

*Terimakasih atas semua keindahan yang pernah tercipta*

Thursday, March 10, 2005





Jigsaw Sejuta Keping.

Apa yang membuat Anda sayang kepada pasangan Anda?

Mungkin Anda pernah membaca pertanyaan ini di sebuah majalah gaya hidup wanita, atau majalah pria, atau sangat mungkin keluar beberapa kali dari mulut pasangan Anda sendiri. Bukan karena ia mempertanyakan rasa sayang Anda, tapi mungkin ia hanya ingin mendengarnya langsung terucap dari bibir Anda. Walapun hanya sekedar untuk membuatnya nyaman.

Bagi sebagian orang langsung terbersit rangkaian jawaban dengan mudahnya. Aku sayang kamu karena kamu baik, karena kamu cantik, karena kamu perhatian banget sama aku, bla… bla… bla… Sangat mudah bukan, untuk merangkai jawaban seperti ini.

Tapi ngga tahu kenapa, pertanyaan ini buat saya menjadi sedikit absurd dan agak sulit dijawab. Nanti jika ada yang lebih baik dari aku gimana? Apalagi ada yang lebih cantik dari aku? Atau bagaimana jika ada yang lebih perhatian ke kamu? Nah, buyar deh semua jawaban yang telah keluar.

Salah ngga sih kalau kita bilang, aku sayang kamu karena semuanya. Iya, SEMUANYA. Bukan karena ingin cari aman, tapi emang begitu adanya. Seperti ribuan keping teka-teki jigsaw yang tersusun satu per satu. Keseluruhan hal-hal kecil dari diri mereka yang terepresentasi dalam satu pribadi yang utuh. Pribadi yang selalu ada di sisi kita.

Terus, bagaimana dengan pertanyaan: Apa yang Anda benci dari pasangan Anda?

Jika emosi Anda sedang meningkat tinggi, jawaban untuk pertanyaan ini akan tumpah ruah dengan mudahnya. Hal yang selama ini tak pernah menjadi masalah, saya jamin akan menjadi bagian-bagian besar yang mewarnai rangkaian jawaban Anda. Entah Anda sekedar ingin bersikap jujur, atau memang dengan intensi untuk menyakiti. Bukan tak mungkin, jawaban Anda akan menyulut babak perang baru, yang lebih menyakitkan.

Jika keadaan sedang normal atau suasana hati lagi enak, Anda mungkin malah kehilangan jawaban. Tapi tetap menggerutu tentang bagaimana ia membuang tissue bekas sembarangan, ngupil seenaknya, kalau janjian suka telat, pergi ngumpul sama teman di pub ngga bilang-bilang, ngga pernah sholat, dsb.

Apalagi, jika ada hal-hal yang baru saja Anda ketahui mengenai seseorang yang selama ini Anda kira telah mengenalnya sangat dekat. Hal-hal baru? Atau perubahan? Atau selama ini Anda saja yang belum tahu?

Kulit kan kadang beda sama isinya. Sedih aja kalau baru tahu sekarang. Kalau hal tersebut menyenangkan mungkin ngga akan jadi masalah. Tapi kalau hal tersebut tidak pernah Anda bayangkan sebelumnya. Derajat kesedihan akan meningkat drastis. Tingkat kekecewaan akan melonjak tajam.

Sama seperti banyaknya hal yang Anda sayangi dari pasangan Anda, ratusan ribu kepingan hal-hal yang Anda benci dari pasangan tersusun satu per satu. Baik untuk Anda benci atau mau Anda terima. Pahit memang rasanya harus menelan ribuan keping hal-hal yang tak Anda suka.

Anyway, semua kepingan jigsaw ini tersusun bukannya tanpa alasan. Kita juga bukan orang bodoh yang menyusun teka-teki jigsaw segini banyak tanpa tujuan. Sampai semua tersusun rapi sejuta keping teka-teki jigsaw ini, kita mungkin akan menemukan jawaban, bahwa ia orang yang tepat untuk kita.

Atau kita akan membiarkan sejuta kepingan ini tetap tercecer sendiri-sendiri…

*susahnya memungut keping-keping yang tercecer*

Thursday, March 03, 2005



Until…

Until the day we become one
Until the day that you are me and I am you


Aduh, manis banget ngga sih dua lines di atas? Jika dua orang manusia bisa menjadi satu. Satu pikiran. Satu hati. Dua tubuh dan dua jiwa yang menjadi satu.

Bisa mengerti perasaan pasangan, tanpa harus ada yang bersusah payah menyusun kata-kata yang tertuang dalam kalimat nan indah. Bisa mengerti kemauan pasangan, tanpa harus ada yang memproklamirkan pernyataan-pernyataan dan tuntutan-tuntutan. Bisa menyamakan pikiran, tubuh, hati dan jiwa, tanpa ada pemaksaan dan tekanan.

Sampai pada saat “the day”, hidup akan terasa sangat lengkap. Mungkin kita ngga akan pernah minat lagi kepada hal-hal lain di dunia ini. Mungkin kita ngga akan pernah minta yang lain. Buat apa lagi?

Tapi jangan mimpi, “the day” tak akan datang dengan sangat mudahnya. Andai saja menyatukan dua anak manusia begitu gampangnya. Akan banyak perbedaan. Akan banyak pertikaian ego. Akan banyak pertanyaan dan pernyataan yang disertai amarah. Akan banyak rasa dingin dan rasa basi yang menyelimuti suasana hati.

The day” mungkin tak akan pernah terjadi. Mungkin “We” masih tetap berupa dua orang yang berbeda. Mungkin “You” akan tetap menjadi dirinya sendiri, begitu pula nasibnya dengan “Me”.

Belum lagi kalo kita menyebut tokoh-tokoh absurd seperti faktor eksternal. Akan banyak tokoh-tokoh jahat ini yang berkeliaran di sudut-sudut jalan. Akan banyak faktor X bertebaran yang bisa mengganggu di tengah jalan nanti. Faktor X yang akan selalu menimbulkan keraguan dan ketidakpastian.

Pesimis? Aduh, jangan dulu. Sayang sekali harus ngelepas semuanya, hanya karena angan-angan berbeda dengan kenyataan. Sayang sekali harus membuang semua tanpa sisa, hanya karena mimpi tak seindah yang dibayangkan. Tapi sedikit usaha rasanya menjadi sangat berharga.

Terus usaha, hingga hal yang ngga mungkin bisa menjadi mungkin. Hingga matahari bisa bertemu bulan. Hingga cinta dan benci bertegur sapa. Hingga langit dan bumi bisa jadi satu. Hingga air mata menetes beku.

Terus aja usaha. Until the day, until the time that time stands still...

Until the rainbow burns the stars out in the sky
Until the ocean covers every mountain high
Until the dolphin flies and parrots live at sea
Until we dream of life and life becomes a dream
Until the day is night and night becomes the day
Until the trees and sea just up and fly away
Until the day that 8x8x8 is 4
Until the day that is the day that are no more
Until the day the earth starts turning right to left
Until the earth just for the sun denies itself
Until dear Mother Nature says her work is through
Until the day that you are me and I am you
- Stevie Wonder “As”-

Image: Atlas Supports the Heavens on his Shoulders, 1731 (engraving)

Saturday, February 26, 2005



Pulang.

Pernah kebayang kita akan jadi seperti sekarang ini? Sepuluh tahun yang lalu, mungkin kita ngga pernah kebayang semua jalan yang pernah kita ambil sampai kita bisa ada di sini sekarang. Sepuluh tahun yang lalu, mungkin kita ngga pernah kebayang adegan-adegan kejadian yang akan kita alami sepanjang jalan.

Kebayang kan panjangnya tali kehidupan kita. Kebayang kan jauhnya perjalanan kita selama ini. Beragam warna-warni foto kehidupan, yang dulu mungkin ngga pernah terlintas untuk terbingkai di ingatan.

Kita semua. Sendiri-sendiri. Setiap orang dari kita hidup dalam dunia kecilnya masing-masing. Mulai dari kita membuka pintu rumah, menapaki jalan, sampai kita menutup mata.


Terkadang suka bikin bingung, apa sih yang sebenernya kita cari? Mengejar mimpi dan aspirasi? Atau sekedar perjalanan panjang tanpa henti? Atau eksplorasi diri akan dunia? Sebenarnya apa sih yang lebih berharga di ujung perjalanan nanti?

Sendiri.
Jauh.
Capek.
Kosong.

Setelah semuanya, pengen rasanya pulang ke rumah. Seperti anak kecil yang telah letih jauh pergi bermain dan pulang ke rumah di sore hari. Istirahat. Tenang. Aman. Nyaman.

Pengen rasanya pulang ke kamu selamanya…

*I love the thought of coming home to you*

Thursday, February 03, 2005



Past. Present. Future.

Masih inget waktu baru belajar Bahasa Inggris jaman SD atau SMP? Pasti kaget kalau ternyata kata kerja (atau yang lebih akrab dipanggil verbs) dalam Bahasa Inggris dibagi menurut frame waktu kapan kata kerja tersebut dilakukan. Alangkah sibuknya kita menghapal pembedaan kata-kata kerja ini.

Betapa rajinnya bule-bule ini mengatur pola gramatikal bahasa mereka. Dengan jelas membagi periode waktu dalam hidup mereka dan tertuang dalam tutur kata. Mau past tense? Atau past continous tense? Atau present continous tense? Atau mau lebih bicara tentang future?

Betapa pentingnya pembagian kerangka waktu dalam kehidupan manusia. Masa lalu tetap menjadi bagian dari masa lalu. Walau pun terkadang masa lalu tetap menjadi bagian yang susah untuk dilupakan di masa kini. Mungkin ada baiknya masa lalu tersimpan dengan baik dalam porsinya sendiri, tanpa mengganggu masa kini, apalagi jika memiliki potensi mengganggu keberadaan masa depan. Waduh, bisa bahaya.

Kerangka masa depan yang sudah terangkai dengan baik, bisa tercerai-berai. Masa kini dan masa depan sangat mungkin untuk terpisah, tanpa ada hubungan waktu lagi.

Kasian juga nasibnya si present. Bimbang di tengah jalan, dengan pilihan yang sudah jelas. Memilih untuk tetap menyimpan si past, sang teman lama. Atau bersama si future. Ngomong-ngomong siapa sih gerangan si future ini?

Yah, namanya juga masa depan. Siapa sih yang bisa nebak. Bisa lebih kelam dari masa lalu yang paling gelap. Bisa jauh lebih terang dari gemerlapnya masa kini. Siapa sih yang bisa tahu dengan pasti.

Biarkan masa kini membentuk dirinya sendiri. Untung-untung jika masa kini bisa membentuk masa depan dengan baik. Biarkan masa kini berhubungan dengan masa depan, tanpa harus bersinggungan dengan masa lalu yang sudah keluar dari konteks.

Tetapi, jika masa kini lebih memilih untuk tenggelam bersama masa lalu?


Terserah sih…

*Dengerin Simply Red - “Holding Back the Years” ahhh… :p*

Thursday, January 13, 2005


What if...

What if I did that rather than did this?
What if I did what I thought was right?
What if I was right and you were wrong?
What if I was wrong for so long?

What if I don’t do anything?
What if I come up with something?
What if I listen to my heart?
What if I play the other part?

What if the sun is not coming up today?
What if the moon doesn’t want to be here tonight?
What if I walk on the wrong way?
What if I stand up and fight?

What if I talk the talk?
What if I walk the walk?
What if I turn around?
What if I go down?

What if…
What if…
So many what ifs…
What if we cut all the what ifs?

*indecision needs resolution*

Monday, January 10, 2005



"He never knew that he was the CAUSE."

Seekin' the Cause - Miguel Pinero
source: http://www.randomscribbles.com/misc/pinero/seekinthecause.html

more poems by Pinero:
http://oldpoetry.com/authors/Miguel%20Pinero

Tuesday, January 04, 2005



Tubuh: 
Sebuah Representasi

Body*:
1 a : the main part of a plant or animal body especially as distinguished from limbs and head : TRUNK b : the main, central, or principal part: as (1) : the nave of a church (2) : the bed or box of a vehicle on or in which the load is placed (3) : the enclosed or partly enclosed part of an automobile2 a : the organized physical substance of an animal or plant either living or dead: as (1) : the material part or nature of a human being (2) : the dead organism : CORPSE b : a human being : PERSON
*
Merriam Webster

Tapi rasanya penjelasan di atas tak cukup menjabarkan perihal tubuh manusia. Secara harfiah, tubuh memang hanya bersifat fisik seperti di atas. Di luar itu, tubuh mengandung banyak makna di balik sekedar tampilan kasat mata.

Dari jaman Yunani kuno saja, sudah muncul silang pendapat. Mana yang lebih tinggi, kebahagiaan tubuh atau kebahagiaan mental? Pada saat yang sama, muncul pula aliran yang mengatakan, bahwa tubuh adalah kuburan bagi jiwa. Yang lebih netral mungkin pemikiran bangsa Romawi, yang menempatkan tubuh dan jiwa sebagai bagian dari kosmik. Mungkin pada waktu itu, muncul pertanyaan-pertanyaan kontemplatif mengenai makna dan peran tubuh.

Sedemikian rumitkah makna dan peran tubuh?

Mungkin saja. Buktinya, pembahasan mengenai tubuh bertebaran di beragam disiplin ilmu. Mulai dari kedokteran, antropologi, sosiologi, hingga psikologi. Manusia memang perlu memahami dirinya sendiri. Tapi jika menelaah semua pembahasan ilmiah ini, rasanya peran dan makna tubuh menjadi semakin jauh (jika tidak bisa disebut absurd).

Awalnya, tubuh hanya menjadi perwujudan bentuk manusia. Kini berkembang, hingga menjadi alat untuk menelaah masyarakat. Seolah semua pola yang berkembang di masyarakat, ter-representasikan dengan baik dalam wujud tubuh. Tubuh fisik menjadi tubuh sosial. Bayangkan, setiap pagi kita melihat tubuh kita terpantul di cermin. Tetapi ternyata kita sedang mengamati pantulan fenomena sosial.

Belum lagi, pendapat filsuf kenamaan dan kritisi sosial dari Perancis,
Michel Foucault, yang merelasikan tubuh dengan kekuasaan. Tubuh bersifat mekanis dan ideologis. Bahkan, seksualitas manusia (termasuk pola hubungan seksual) melalui prosedur-prosedur tertentu dari “kekuasaan yang berlaku”. Menarik juga membaca lebih jauh literatur monumental beliau, The History of A Sexuality (1976), atau The Use of Pleasure (1985).

Politisasi tubuh?

Semakin aneh. Ketika tubuh yang satu diposisikan lebih tinggi dari tubuh yang lain. Susunan substansi fisik manusia yang sama, tapi memiliki makna dan hak hidup yang berbeda. Kenapa sih harus terjadi pembantaian, apakah karena tubuh sebuah bangsa bukan turunan tubuh bangsa Arya? Kenapa sih harus ada pembedaan hak dan kewajiban, karena warna yang tertera di kulit berbeda?

Jangan salah, dunia advertising yang disembah-sembah sebagai salah satu pilar yang membentuk peradaban manusia, ikut mempolitisasi tubuh manusia. Tubuh terjebak dalam pilar kebudayaan konsumerisasi. Betapa asyiknya kita membentuk persepsi akan tubuh dengan pencitraan visual dan representasi tubuh yang “ideal”.

Saya kadang suka bingung sendiri. Tinta-tinta yang tertoreh di atas kulit dan tubuh bercampur dengan darah, ternyata juga dianggap sebagai bagian dari representasi fenomena sosial. Atau teman-teman saya dengan logam berat mengoyak semua bagian tubuh. Atau sedikit modifikasi di sana-sini atas bentuk tubuh. Dulu, ini semua dibubuhi stempel besar bertuliskan patologi sosial.

Bukan hanya menjadi representasi patologi sosial, kadang tubuh juga menjadi representasi patologi seksual. Ngga perlu disebut secara eksplisit, betapa banyaknya penyimpangan dan penyalahgunaan tubuh yang malang melintang di luar lingkaran norma seksual, keluar dari rujukan kotaknya norma sosial.

Patologi seksual? Mungkin juga. Anehnya lagi, pada saat yang sama tubuh menyumbangkan kontribusi terbesar dalam industri seksual. Industri seksual yang kita nikmati bersama juga.

Saat ini, ratusan ribu tubuh-tubuh manusia terkapar mati, terapung dan hilang. Mulai dari ujung pulau Sumatera sampai daratan Afrika. Representasi apa lagi? Ada yang bilang, ini pertanda akan menimbunnya dosa manusia. Ada yang bilang, ini peringatan bagi manusia yang telah lupa akan Tuhannya. Teganya. Seakan yang tubuh-tubuh yang hilang adalah tubuh-tubuh penuh dosa. Bagaimana dengan jutaan tubuh berlumur nista yang masih hidup bebas menghirup udara, menikmati dunia?

Malang banget nasib tubuh manusia.
Tereksplorasi. Tereksploitasi. Pelaku. Tersangka. Tertuduh. Terdakwa. Pemain utama. Figuran. Penonton. Terinjak. Terfitnah. Terkotak-kotak.

Silakan dinikmati dan diapresiasi dengan baik tubuh kita…
(sedikit eksplorasi boleh juga kok! :p)

*live before you die!*