Monday, December 27, 2004



Count Down

5, 4, 3, 2, 1…
Serentak terompet-terompet kertas berbunyi bersamaan, panjang mengisi riuhnya detik-detik Tahun Baru. Kasian juga nasib terompet-terompet kertas ini. Penampilan glamor kertas hias bewarna-warni yang melekat di tubuh karton, hanya mampu bertahan berkelap-kelip selama beberapa hari saja. Hanya dalam hitungan mundur beberapa detik, industri dadakan yang muncul sekali dalam setaun ini buyar sudah.

Besok pagi terompet-terompet kertas ini akan teronggok pahit di tempat sampah, bersama dengan rekan-rekannya para saksofon dan trombon, yang juga sama-sama berjenis kelamin kertas dan karton ini. Mungkin saya termasuk orang-orang yang kurang beruntung, tidak tertarik untuk menikmati kemewahan meniup alat musik mainan ini di kala Tahun Baru datang.

5, 4, 3, 2, 1…
Serentak teriakan-teriakan liar muncul dari dalam kamar-kamar hotel dan apartemen. Teriakan-teriakan gembira setengah sadar, keluar bersama bau alkohol yang menyembur. Maklum, kamar hotel mendadak jadi tempat favorit untuk merayakan Tahun Baru.

Ada yang patungan buka kamar atau kalau lebih beruntung ada yang modalin, atau mungkin ada rela apartemennya di-abuse secara beramai-ramai . Bisa hotel-hotel di sudut kota Jakarta, tapi mungkin lebih enak lagi kalau di luar kota. Bali? Kalau di sini, bisa menikmati minuman sambil teriak-teriak terkapar di atas pasir. Saya juga bukan orang beruntung, yang tertarik untuk menghabiskan malam Tahun Baru (& menghabiskan uang) di sini.

5, 4, 3, 2, 1…
Serentak acara-acara di layar televisi berubah menjadi satu template besar. Seperti layaknya jaringan televisi besar yang me-relay satu program tayangan yang sama. Remote control, yang notabene simbol kuasa khalayak atas media televisi mendadak tidak berguna sama sekali.

Kalau mencari lawakan garing dengan artis-artis hiburan yang super basi, mungkin ini saat yang tepat. Lagi-lagi, saya juga bukan orang beruntung, yang tertarik untuk memaku mata saya di depan tabung bodoh ini sepanjang malam.

5, 4, 3, 2, 1…
Serentak harapan-harapan baru terucap. Daftar panjang wish list dan resolution list, terurai dengan indah. Mungkin Tahun Baru menjadi awal yang tepat untuk memulai sesuatu yang baru. Walaupun, sebenarnya kita bisa menyusun rencana perbaikan diri kapan saja bukan? Tahun Baru, wish list baru. Sayangnya, saya juga bukan orang beruntung yang dapat meraih semua harapan yang dicanangkan di sepanjang tahun.

5, 4, 3, 2, 1…
Serentak euphoria kemeriahan Tahun Baru menjangkit dimana-mana. Beberapa tahun yang lalu di buaian malam Tahun Baru, saya terduduk di depan telepon. Nikmat berbincang dengan seseorang, tentang indahnya memulai hubungan yang baru di tahun yang baru. Ternyata, saya dan dia bukan orang-orang beruntung, yang dapat mengasuh terus hubungan baru itu.

5, 4, 3, 2, 1…
Serentak semua orang sibuk dengan rencana liburan dan run down kegiatan untuk mengisi acara perhitungan mundur detik-detik peralihan tahun. Saya bukan orang beruntung yang dapat membedakan arti malam Tahun Baru dan malam-malam hari biasa. Namun, kali ini saya sedikit berdebar menanti Tahun Baru untuk datang menjemput. Tahun Baru kali ini berarti satu undakan baru dalam hidup saya. Mudah-mudahan setelah Tahun Baru besok ini, saya menjadi orang yang beruntung dapat menghabiskan malam Tahun Baru selanjutnya selamanya bersama dia…

5, 4, 3, 2, 1…
Selamat Tahun Baru semuanya!

*Tout le monde, tout les amis: Happy New Year, Luv’ U all!*

3 comments:

kasanti said...

hepi nu yerrrr.. gak nyangka om dewo nge-blog jugaaaa heheheheee;)

S3 said...

iya, mbak santie. hepi nu year juga yah! :). kita link yah... eh tp link blog yg mana nih?

S3 said...
This comment has been removed by a blog administrator.