Wednesday, June 08, 2005



Pejuang Gagah Itu Kini Terbujur Tenang

Pejuang gagah itu kini terbujur dengan tenang. Tak ada lagi teriakan lantangnya. Tak lagi terdengar suara tawanya yang kadang terbahak keras. Tak ada lagi gurauan-gurauan penuh canda. Mungkin yang masih terlihat hanya senyumnya, tenang tersungging di bibirnya yang tertutup kumis.

Konon, pejuang gagah ini telah melewati berbagai medan pertempuran. Saya ingat, dulu saya sangat senang sekali mendengar perjalanan hidup pejuang gagah ini di jaman kemerdekaan. Banyak cerita lucu yang membuat saya tertawa, walaupun mungkin saya sudah tidak ingat lagi secara detail cerita perang pejuang gagah ini.
Kerutan-kerutan yang menggurat di wajahnya, menandakan betapa panjangnya perjalanan hidup sang pejuang gagah ini. Kalau ada napak tilas tentang perjalanan dan perjuangan hidupnya, saya tak mampu menghitung berapa kilometer yang harus ditempuh. Mulai dari perjalanannya di medan perang hingga perjuangannya dalam hidup.
Saya yakin, dia sudah cukup merasakan pahit manisnya hidup dan asam garam yang tertebar di dunia. Walaupun begitu, senyumnya tetap menghias dan suara tawanya sangat sering terdengar. Jarang sekali kita akan mendengar keluh kesah keluar dari mulut beliau. Betapapun susahnya hidup, dia akan selalu terlihat gagah. Jangan harap kita akan mendengarnya meminta bantuan, kala ia sedang sakit sekalipun.
Ada hobi yang menarik dari pejuang gagah ini. Ia sangat senang menerbangkan layang-layang. Tak dimanapun, hampir di semua tempat yang disinggahi, orang-orang sangat mengerti akan hobi uniknya ini. Selama bertahun-tahun, ia sangat senang berjalan jauh hanya untuk menerbangkan layang-layangnya. Menerbangkannya tinggi, setinggi menerbangkan impian-impian yang mungkin tak semuanya dapat ia wujudkan.
Ada lagi satu hobinya yang saya ingat, ia selalu berusaha membuat orang lain tertawa. Wajar sekali jika orang mudah jatuh cinta dengan dirinya. Ketika orang-orang lain masih sibuk tertawa, ia hanya tersenyum sambil menikmati secangkir kopi dan menghisap rokoknya dalam-dalam .
Pejuang gagah yang sangat menikmati hidupnya. Itu yang akan keluar dari mulut saya, jika harus berkomentar tentang dirinya. Mungkin karena sangat menikmati hidup, maka ia mampu bertahan selama ini. Ketika yang lain telah meninggalkan dirinya lebih dulu satu per satu.
Sayang sekali, pejuang gagah itu kini terbujur tenang. Setelah stroke menyerangnya secara tiba-tiba. Membuatnya terjatuh dan kepalanya harus terluka lebar karena terbentur. Tingkat kesadarannya melemah dan dunia medis juga telah tak sanggup membuatnya untuk tetap bertahan.
Pejuang.
Veteran.
Kang mas.
Suami.
Bapak.
Mbah kakung.
Mbah Man.
Opa.
Opung.
Eyang.
Pak tua.
Atau apalah berbagai sebutan dan peran untuk dirinya.

Pejuang gagah itu kini terbujur tenang. Setelah 82 tahun mengarungi hidup, kini ia harus pergi meninggalkan dunia. Kembali pulang bersemayam di dekat makam sang istri untuk kembali bersanding dengan kekasih yang telah lebih dulu meninggalkannya 27 tahun yang lalu.
Mohon maaf jika cucu tercinta ini belum sempat membalas kasih sayang yang telah menemani selama ini. Mohon maaf jika cucu tercinta ini belum sempat memenuhi janjinya untuk tetap merawat pejuang gagah ini. Mohon maaf jika cucu tercinta ini belum sempat membuat pejuang gagah ini menikmati hasil perjuangan hidup yang lebih baik.
Tetapi saya tahu, pejuang gagah itu kini terbujur tenang dengan senyum yang tetap menghias bibirnya. Suara lantang dan tawanya akan saya ingat sepanjang hidup saya.
Cinta sebesar-besarnya untuk Mbah Kakungku…
Toegiman Ronodihardjo (R.I.P)

10 April 1923 – 04 Juni 2005

No comments: