Tuesday, June 21, 2005



Lullabye

Good night, good night...

Let the moon lingers on with its magic light

Should I let you go tonight?

Or should I keep holding you tight?

Good night, good night...

I cannot sleep, I cannot dream tonight

Will I ever get through it all?

May I hold you through the winter of a long night?


If words were all it took to safe the night
Then I’d say more of them to the moon right now
But here’s the coming of the dawn
And the morning is already here…

Good night, good night…
Where are you? What are you up to?
Do you sleep right now?
Will you ever dream a lil’ dream of me and you?

Good night, good night…

To all the sorrows and the pains
When shall completeness fill up incompleteness?
Fulfilling joy, relieving pain?

If words were all it took to safe the night
Then I’d say more of them to the moon right now
But here’s the coming of the dawn
And the morning is already here…

190605.03.00 AM. Raining in Djakarta.
"Look at the stars that shinning so bright, Do you know which one I wish upon?"

Monday, June 20, 2005



Angel Flying Too Close to the Ground

If you had not have fallen

Then I would not have found you

Angel flying too close to the ground

And I patched up your broken wing
And hung around a while
Tried to keep your spirits up
While you were feelin' down

I knew someday that you would fly away
For love's the greatest healer to be found
So leave me if you need to
I will still remember...
Angel flying too close to the ground

Fly on, fly on past the speed of sound
I'd rather see you up than see you down
Leave me if you need to
I will still remember
...
Angel flying too close to the groun
d

Theme song semalem, lagu lamanya Willie Nelson.
Dibawain ulang sama Smoking Popes.

Monday, June 13, 2005



Yang Salah Boleh Marah
Yang Marah Boleh Salah

Dibuka: Kelas Pelatihan Manajemen! Begitu tulisan yang tertera di iklan mungil dalam jajaran kolom iklan baris di sebuah harian ibukota. Menarik kan? Tapi jangan salah, ada jurusan baru yang mungkin membuat Anda makin tertarik, yaitu jurusan Manajemen Kemarahan.

Jarang-jarang ada kelas manajemen seperti ini. Mungkin kelas pelatihan ini dibuka karena sekarang ini banyak orang yang mudah marah-marah. Banyak orang yang menyimpan kemarahan yang meletup-letup di dalam dirinya. Banyak orang yang menjadikan kemarahan sebagai hobi baru. Atau mungkin, marah-marah menjadi kebiasaan buruk yang tidak disengaja.

Nah, kalau kita mismanage kemarahan-kemarahan yang sudah bertumpuk-tumpuk ini, jangan salahkan si empunya rasa marah jika ia suka meledak-meledak. Jangan juga salahkan ia, jika kata-kata jahat sangat mudah meluncur dari mulutnya. Jangan juga salahkan ia, akan hal-hal irasional yang melekat dengan segala tingkah lakunya.

Maklum, namanya juga lagi marah. Namanya juga lagi emosi, gelap mata dan gelap hati. Jika keadaan emosi seseorang sedang dalam tingkat kemarahan yang tinggi, wajar saja jika mengganggu cara kerja otak dalam merumuskan pola pikir yang seharusnya. Kemarahan tingkat tinggi juga sangat potensial mengganggu cara kerja hati untuk merasakan sesuatu. Pola pikir dan standar etika boleh berubah.

Kesimpulannya:
Yang Salah Boleh Marah?
Atau yang Marah Boleh Salah?

Aneh ya? Tapi bisa jadi. Sekarang banyak orang salah yang marah-marah. Mungkin ia marah-marah karena merasa bersalah. Atau sekedar menutupi rasa bersalah. Atau mungkin ia marah karena ada orang lain yang salah, karena itu ia punya hak untuk marah dan akhirnya sah juga untuk berbuat salah. Kemudian ia marah-marah untuk menutupi rasa bersalah. Bingung kan? Akhirnya, ada pihak yang harus mundur dan mengalah.

Tak disangka, ternyata peminat peserta kelas ini membludak. Semakin lama, semakin banyak orang yang marah-marah dan menularkan virus marah ke orang-orang lain di sekitarnya. Bermacam-macam aksi orang-orang yang suka marah-marah. Karena itu, banyak di antara mereka yang merasa harus ikut kelas Manajemen Kemarahan. Untuk dapat lebih mengendalikan rasa marah yang suka tak terkontrol meletup-letup seperti bara yang menunggu siraman bensin.

“Saya MARAH,” teriak seorang pria yang ikut di kelas Manajemen Kemarahan ini. “Saya ingin orang yang bikin saya marah tahu kalau saya marah, saya ingin ia merasa bersalah atas saya yang marah-marah,” lanjutnya. Maka, ia pun menulis surat kemarahan bertinta merah dengan huruf kapital bertuliskan MARAH. Ia pun terisak-isak meminta pertolongan,”Saya ikut kelas ini juga karena saya ingin mengendalikan kemarahan saya kepadanya.”

Lain pula dengan wanita yang duduk manis di seberangnya. “Saat ini, hanya rasa marah yang saya punya,” akunya. Menurutnya, pernah ada yang berbuat salah kepadanya, hingga akhirnya ia pun marah dan berbuat salah. “Saya sudah tidak bisa apa-apa lagi. Bolak-balik saya berkaca dan bolak-balik pula saya makin tambah marah,” ceritanya panjang lebar. “Dan ingat, jangan pernah ada yang marah sama saya, karena itu hanya akan membuat saya tambah marah! Ingat itu, MARAH!” suaranya pun mulai meninggi.

Seorang pria duduk terpekur mendengar cerita mereka berdua. “Saya justru bingung kenapa ikut kelas ini, tandasnya. “Saya bingung bagaimana harus mengekspresikan rasa marah. Karena itu, saya ingin tahu apakah wajar jika saya marah,” ujarnya dengan suara kebingungan. “Silakan jika ingin marah,” serentak peserta lain berteriak. “Tapi… Tapi… Tapi… Bukannya kelas ini justru untuk mengendalikan rasa marah?” desahnya makin bingung. Ia pun terdiam, lamat-lamat terdengar suaranya,“pernah saya mencoba marah, tapi malah saya yang kena marah-marah…”

Makanya, kita sekarang perlu berhati-hati. Jika virus marah sudah merasuk ke hati dan jiwa, bisa membutakan mata, menulikan telinga dan akhirnya mengganggu semuanya. Mulai dari mengganggu pekerjaan, kesehatan, hubungan pribadi, hingga mengganggu cita-cita masa depan.

Jika berminat ikut kelas Manajemen Kemarahan, buruan deh mendaftar! Tempat terbatas! Atau Anda berminat ikut kelas pelatihan berikutnya, Manajemen Pengendalian Diri dan Manajemen Hati?

*capek ngga sih marah mulu? :-P*

---------------------------------------------------
Controlling Anger
Before It Controls You

Apa sih sebenarnya rasa marah? Dari kecil kita mungkin sudah akrab dengan perasaan manusia yang satu ini. Tapi mungkin kita selalu nerima apa adanya. Kadang kita cuma bisa marah-marah ngga karuan. Tanpa ada pemecahan masalah, malah bikin masalah-masalah baru.

Ada artikel yang baru saya baca-baca di internet tentang kemarahan, menarik juga buat iseng-iseng dibaca. Just follow the links & enjoy your anger! :)

Anger is a completely normal, usually healthy, human emotion. But when it gets out of control and turns destructive, it can lead to problems—problems at work, in your personal relationships, and in the overall quality of your life. And it can make you feel as though you're at the mercy of an unpredictable and powerful emotion.

Topics:
·
What Is Anger?
The Nature of Anger
Expressing Anger
·
Anger Management
Are You Too Angry?
Why Some People More Angry Than Others?
Is It Good To “Let It All Hang Out?”
·
Strategies To Keep Anger At Bay?
Relaxation
Cognitive Restructuring
Problem Solving
Better Communication
Using Humor
Changing Your Environment
·
Do You Need Counseling?
What About Assertiveness Training?

Thursday, June 09, 2005



180°

Hidup seperti roda, katanya…


Terlalu banyak perubahan

Terlalu cepat waktu untuk berubah

Bawah merambat pelan naik menjadi atas

Atas bergulir turun cepat menjadi bawah


Musuh lama menjadi teman terdekat

Yang kini selalu setia mengikat
Teman terdekat menjadi musuh terbaru

Menjadi kotoran yang mengganggu

Hidup seperti roda, katanya…

Menuntut banyak perubahan

Memenuhi berbagai tuntutan

Tetapi ada yang tetap diam tak berubah

Tetapi ada yang tetap bersih tak bersalah


Hati kosong dengan ketidakpastian
Jiwa menyimpan terlalu banyak keinginan

Mimpi lama menjadi harapan dan impian
Mimpi baru menjadi secarik kotoran


Hidup seperti roda, katanya...

Kata-kata lembut menjadi teriakan penuh amarah

Janji-janji manis menjadi kalimat penuh darah

Amarah yang dulu merah kini mengisi lubang hitam
Sumpah serapah yang dulu tumpah kini menemani malam


Jangan terlalu banyak berharap

Jangan terlalu tinggi bermimpi

Asa dan harap berubah menjadi asap

Mimpi terdiam, basi dan mati…


Benar, hidup memang seperti roda

Ujar mimpi, yang kini terdiam, basi dan mati…


Int – Day
Kamar Kost Bangka

Earth Wind & Fire – Devotion

Rokok & Vodka Mix

Wednesday, June 08, 2005



Pejuang Gagah Itu Kini Terbujur Tenang

Pejuang gagah itu kini terbujur dengan tenang. Tak ada lagi teriakan lantangnya. Tak lagi terdengar suara tawanya yang kadang terbahak keras. Tak ada lagi gurauan-gurauan penuh canda. Mungkin yang masih terlihat hanya senyumnya, tenang tersungging di bibirnya yang tertutup kumis.

Konon, pejuang gagah ini telah melewati berbagai medan pertempuran. Saya ingat, dulu saya sangat senang sekali mendengar perjalanan hidup pejuang gagah ini di jaman kemerdekaan. Banyak cerita lucu yang membuat saya tertawa, walaupun mungkin saya sudah tidak ingat lagi secara detail cerita perang pejuang gagah ini.
Kerutan-kerutan yang menggurat di wajahnya, menandakan betapa panjangnya perjalanan hidup sang pejuang gagah ini. Kalau ada napak tilas tentang perjalanan dan perjuangan hidupnya, saya tak mampu menghitung berapa kilometer yang harus ditempuh. Mulai dari perjalanannya di medan perang hingga perjuangannya dalam hidup.
Saya yakin, dia sudah cukup merasakan pahit manisnya hidup dan asam garam yang tertebar di dunia. Walaupun begitu, senyumnya tetap menghias dan suara tawanya sangat sering terdengar. Jarang sekali kita akan mendengar keluh kesah keluar dari mulut beliau. Betapapun susahnya hidup, dia akan selalu terlihat gagah. Jangan harap kita akan mendengarnya meminta bantuan, kala ia sedang sakit sekalipun.
Ada hobi yang menarik dari pejuang gagah ini. Ia sangat senang menerbangkan layang-layang. Tak dimanapun, hampir di semua tempat yang disinggahi, orang-orang sangat mengerti akan hobi uniknya ini. Selama bertahun-tahun, ia sangat senang berjalan jauh hanya untuk menerbangkan layang-layangnya. Menerbangkannya tinggi, setinggi menerbangkan impian-impian yang mungkin tak semuanya dapat ia wujudkan.
Ada lagi satu hobinya yang saya ingat, ia selalu berusaha membuat orang lain tertawa. Wajar sekali jika orang mudah jatuh cinta dengan dirinya. Ketika orang-orang lain masih sibuk tertawa, ia hanya tersenyum sambil menikmati secangkir kopi dan menghisap rokoknya dalam-dalam .
Pejuang gagah yang sangat menikmati hidupnya. Itu yang akan keluar dari mulut saya, jika harus berkomentar tentang dirinya. Mungkin karena sangat menikmati hidup, maka ia mampu bertahan selama ini. Ketika yang lain telah meninggalkan dirinya lebih dulu satu per satu.
Sayang sekali, pejuang gagah itu kini terbujur tenang. Setelah stroke menyerangnya secara tiba-tiba. Membuatnya terjatuh dan kepalanya harus terluka lebar karena terbentur. Tingkat kesadarannya melemah dan dunia medis juga telah tak sanggup membuatnya untuk tetap bertahan.
Pejuang.
Veteran.
Kang mas.
Suami.
Bapak.
Mbah kakung.
Mbah Man.
Opa.
Opung.
Eyang.
Pak tua.
Atau apalah berbagai sebutan dan peran untuk dirinya.

Pejuang gagah itu kini terbujur tenang. Setelah 82 tahun mengarungi hidup, kini ia harus pergi meninggalkan dunia. Kembali pulang bersemayam di dekat makam sang istri untuk kembali bersanding dengan kekasih yang telah lebih dulu meninggalkannya 27 tahun yang lalu.
Mohon maaf jika cucu tercinta ini belum sempat membalas kasih sayang yang telah menemani selama ini. Mohon maaf jika cucu tercinta ini belum sempat memenuhi janjinya untuk tetap merawat pejuang gagah ini. Mohon maaf jika cucu tercinta ini belum sempat membuat pejuang gagah ini menikmati hasil perjuangan hidup yang lebih baik.
Tetapi saya tahu, pejuang gagah itu kini terbujur tenang dengan senyum yang tetap menghias bibirnya. Suara lantang dan tawanya akan saya ingat sepanjang hidup saya.
Cinta sebesar-besarnya untuk Mbah Kakungku…
Toegiman Ronodihardjo (R.I.P)

10 April 1923 – 04 Juni 2005

Friday, June 03, 2005



Ketika Pesakitan Berteriak Sakit

INT. SEAN'S OFFICE -- DAY

Will and Sean sit in silence. A long moment passes. Sean
casually reclines in his chair, disinterested. Will restlessly
looks around the room and then back to Sean. An odd half smile
crosses Sean's face. After a moment:

SEAN (cont'd)
My wife's been dead two years, Will. And when I think about her, those are the things I think about most. Little idiosyncrasies that only I knew about. Those made her my wife. And she had the goods on me too. Little things I do out of habit.

People call these things imperfections Will. It's just who we are. And we get to choose who we're going to let into out weird little worlds. You're not perfect. And let me save you the suspense, this girl you met isn't either.

The question is, whether or not you're perfect for each other. You can know everything in the world, but the only way you're findin' that one out is by giving it a shot. You sure won't get the answer from an old fucker like me. And even if I did know, I wouldn't tell you.
------------------------------------------------

Di atas cuma sepotong adegan dalam film Good Will Hunting (1997). Cerita tentang Will Hunting (Matt Damon), seorang anak muda yang pintar tapi juga bermasalah dengan keadaan jiwa dan kehidupan pribadi. Beruntung dia bisa bertemu dengan seorang profesor psikologi, Sean (Robbin Williams), yang bisa membuka dirinya dan memberikan pencerahan tentang arti hidup dan cinta.

Tapi ngga semua bisa seberuntung Hunting. Tokoh Alvy Singer (Woody Allen) dalam film Annie Hall (1977), harus menghabiskan waktu belasan tahun berkunjung ke psikiater mengenai masalah pribadinya. Dalam film ini, ia berulang kali mengaku sakit dan memiliki masalah pribadi, meminta sekelilingnya untuk memaklumi.

Masalah pribadi dan masalah insecurities-nya sendiri yang harus mengorbankan dua pernikahan dan mempertaruhkan hubungannya dengan Annie Hall (Diane Keaton). Bahkan dia pula yang membuat Annie Hall berkunjung pula ke psikiater. Tapi sampai di akhir film kita juga ngga melihat titik cerah, selain perpisahannya dengan si true love, Annie Hall.

Ada seseorang yang pernah curhat ke saya tentang mantan pacarnya yang harus berkunjung ke psikiater. Masalah insecurities dan berbagai masalah lainnya, katanya. Ngga lama, dia sendiri yang merasa harus berkunjung pula ke psikiater. Masalah dengan komitmen, akunya.

Setelah mendengar keseluruhan cerita, ternyata ia sendiri sadar memiliki masalah dengan komitmen, mengaku salah, mengaku sakit, dimaafkan, dimaklumi. Namun yang lucu, jalan keluarnya tetap tidak berusaha memperbaiki semuanya. Tetap merindukan dan menikmati rasa sakit. Sampai ia sendiri merasa perlu berkunjung ke psikiater, untuk mencari jawaban atas permasalahan yang sebenar-benarnya.

Segitu sakitnya kah kita, hingga harus mendorong orang-orang tercinta jauh-jauh? Walaupun mereka telah berusaha memaklumi, menemani dan berharap kita untuk sembuh.

Ingat jaman kita masih kecil dulu, kita bisa berteriak sakit dan kita akan langsung mendapat perhatian ekstra serta bisa bermanja-manja ria. Orang tercinta sekeliling kita akan setia menemani hingga kita sembuh. Klaim bahwa kita sakit akan membuat orang lain memaklumi keadaan diri kita, sikap kita dan segala macam polah tingkah laku kita. Klaim bahwa kita sedang sakit dapat menjadi mantra yang sangat ampuh, kalo sakit mau diapain lagi?

Dimaklumi.
Dimaklumi.
Dan dimaklumi.

Ngga percaya?

Mantra ini boleh Anda coba sendiri. Ngga peduli banyaknya kerjaan di kantor, ngga peduli ketatnya deadline, tapi kalo Anda merasa ngga enak badan tinggal kasih pernyataan kalau Anda sakit, apalagi kalo bisa didukung dengan secarik surat yang mempertegas kalo kita sakit dari dokter. Walhasil, kantor dan atasan Anda akan memaklumi. Tapi perlu diingat, ada rekan-rekan kerja yang menderita dengan ulah Anda ini! (tolong dipikirkan sebelum dicoba, demi kemaslahatan bersama!) :-P

Sampai kapan kita akan berteriak sakit dan mengharapkan semua orang akan memaklumi keadaan kita? Apa hanya cukup dengan berteriak sakit, tanpa ada usaha untuk mencoba sembuh? Seperti maling yang hanya bisa meminta maaf dan memohon untuk dimaklumi atas kejahatannya, tapi juga tidak bisa berjanji untuk tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.

Atau seperti pelacur yang minta dimaklumi bahwa dia terpaksa harus menjajakan tubuh dan kelamin dan berjanji untuk insaf. Tetapi juga dengan senang hati tetap akan membuka pakaian dan membuka lebar pahanya, ketika lembaran uang bicara.

Atau mungkin seperti seorang pecandu, yang minta dimaklumi keadaannya dan berjanji untuk sembuh. Mengaku sangat letih dengan keadaan dan gelapnya perjalanan hidup. Tetapi juga tetap merindukan penetrasi jarum suntik ke dalam nadi, memijat-mijat halus syaraf dan menstimuli otak dengan kenikmatan dan rasa tenang.

Sugesti, kalau kata dokter. Ketergantungan fisik terhadap obat-obatan gampang sembuhnya. Tapi yang susah menghilangkan pikiran yang seringkali terbersit untuk kembali mencicipi obat yang bisa memberikan kenikmatan dan ketenangan hati. Kekuatan sugesti pula yang bisa mengubah keadaan seseorang, masih kata dokter. Berpikir sembuh kalau mau cepat sembuh, berpikir sakit kalau mau tetap sakit. Aneh ya?

Sakit?
Minta dimaklumi?
Sampai kapan mau sembuh?

Atau mungkin kita semua seperti pecandu? Yang kadang merindukan rasa sakit dalam hati dan jiwa, yang kadang menikmati kesendirian dan kekosongan. Tapi mungkin kita punya cara sendiri-sendiri untuk mencari obat yang dapat mengobati rasa sakit. Ini cuma teori konyol sih, tanpa didukung dengan segala macam data dan informasi yang akurat. Tapi mungkin lho, ternyata kita semua pesakitan.

Tapi semua orang pasti juga capek jika harus sakit bertahun-tahun. Anak kecil juga tahu, walaupun dimanja tetap aja ngga enak kalau sakit terus-terusan. Siapa yang mau harus berkunjung rutin ke psikiater sampai belasan tahun, tanpa tahu akhirnya gimana. Tetap sakit atau sembuh?


*Sakit? What a lame excuse! Ngga bosen dari dulu sakit mulu?! Get well soon yah! :-P*